Senin, 22 September 2014
Jemari menari dengan lincah di atas tuts keyboard, seolah menghempaskan energi yang ingin ia tuangkan. Indah bagaikan tarian seorang balerina.
Kutuliskan sebuah memoar hampa, tiada makna. Entah apa yang akan tertuang.
Semua masih tampak sama seperti kemarin.
Rutinitas ini, meja ini, musik ini.
Ya tiada yang berubah, yang berubah hanyalah waktu yang semakin sempit.
Kita seolah bersaing dengan waktu, tapi sebenarnya waktulah yang menyadarkan bahwa sebenarnya masih banyak di luar sana yang merindukan keberadaan kita.
Orangtua kita, sahabat kita dan sudah jelas sang Khalik, yang merindukan do'a panjang dan tangis sendu. Bukan Sang Khalik yang rindu kehadiran kita. Salah besar. Tapi kitalah yang merindukan berkhalwat dengan-Nya.
Tetesan air mata tak henti membanjiri pipi ini.
Seolah merasakan kehidupan yang semakin hampa. Apalah yang kau kejar, wahai sahabat?
Bukankah hidup kita ini hanya untuk-Nya?
Ayolah bangkit, temukan Rahasia-Nya Yang Maha Besar dari kehidupanmu ini.
Bukankah kau sangat yakin akan itu? Dan bukankah sudah pernah menyaksikannya?
Syukurilah hidupmu ini dan niatkan apa yang kau jalani hanya untuk mencari keridhoan-Nya.
Bismillahirahmanirahim..
RiaRahma
Outline
Opening : Mengetik
Isi : Kejenuhan Hidup
Closing : Syukur akan kebesaran-Nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar