Jumat, 26 September 2014

Sepele yang Fatal

26 September 2014

sret sret piiiiinn..
Suara mesin printer mencetak lembar-lembar kertas tulisanku.
Naruni ku menolaknya dan mengatakan jangan.

Hari ini aku mencetak berlembar-lembar arsip pribadi dengan fasilitas kantor. Terpaksa. Mesin printer di rumah rusak dan tidak ada waktu untukku mengeprint di warnet. Dan arsip ini sangat urgent.

Aku deg-degan setengah mati. Berlebihan sekali, tapi ini yang kurasakan. Aku takut yang ku print ini tidak berkah.
Mau minta ijin ke siapa? Mau bayar kemana? Tidak ada yang lihat memang. Dan mungkin bagi orang lain sangat sepele. Tapi entah untukku tidak sepele.
Sampai sekarang aku bingung untuk membayarkan hasil print kepada siapa.

Bukankah korupsi dimulai dari hal kecil? Dan membayangkannya saja bulu kudukku merinding.

Aku teringat dengan sebuah hadist yang mengkisahkan tentang seorang lelaki yang tak sengaja mengambil ranting pohon tanpa izin untuk digunakan sebagai tusuk gigi. Hanya tusuk gigi. Tapi sang pemilik belum mengijinkannya. Dan hal mengerikan terjadi sampai sang lelaki meminta izin pada si empunya.

Aku membayangkan hal itu dan deg-degan sekali rasanya. Bukan masalah etika saja tapi fiqih. Lalu kemanakah aku harus membebaskan 10 lembar kertas arsip pribadiku ini?


Outline
Opening : printer
isi : kebutuhan pribadi
Closing : rapi dalam bertindak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar