Bandung, 29 September 2014
Tertolak?
Belum pernahkah?
Lalu karena itu kau merasa harus mendapat apa yang kau inginkan?
Tidakkah kau berpikir telah menginjak-injak harga diri seorang perempuan?
Tidak? Sama sekali TIDAK terpikir?
Oh mungkin itu hal lumrah bagi kau.
Sungguh tak pantas, seseorang entah apa bentuknya mengobral rayuan gombal untuk mendapatkan perhatian seorang perempuan yang BUKAN MAHRAM-nya. Itu yang terpenting.
Tak mempedulikan etika dan tak mempedulikan harga diri orang lain, yang penting dirinya OKE.
Sungguh egois ya jika dipikir kembali.
Dikala yang namanya "Say no to Pacaran" digembor-gemborkan, ternyata masih saja ada celah untuk para pemodus mengelabui perempuan. Mengobral kata-kata indah dalam balutan Islami supaya terkesan alim. Ah apapun itu, tetap saja penggombal. Dan ujung-ujungya "Iseng-iseng Berhadiah". Hati-hati ya..
Duhai para perempuan shalihah, kutitipkan sebuah pesan. Aku tahu kalian perempuan baik-baik tak pantaslah mendapatkan lelaki perayu. Hati-hati dengan berbagai modus yang terbungkus apik.
Para lelaki "jahat" itu tahu kalian sungguh fragile, merindukan sosok lelaki soleh sebagai sang Imam dalam kehidupan. Cukup bagi mereka mengobral kata-kata Islami untuk menaklukan kalian. Hati-hati, jangan mudah percaya pada mereka. Kalian terlalu suci untuk dipermainkan seperti itu. Bukti nyata seorang lelaki hanyalah ketika mendatangi walimu. Cukup itu saja. Titik.
RiaRahma
Selasa, 30 September 2014
It's not a deal, It's A MUST !!!!
Lagi-lagi repost hehehe..
Tapi tulisan ini tetep ditulis di tanggal 28 Sept 2014 :)
Bandung, 28 September 2014
Katanya reproduksi seorang wanita mencapai "titik terbaik" sebelum usia 30 tahun.
Tulisan ini tidak akan membahas mengenai kesehatan reproduksi wanita, bukan juga mengenai usia maksimum menikah. Bukan kapasitas saya. Dan lagipula hal itu sudah diatur oleh-Nya bukan? Jadi tidak akan ada yang namanya "Jodoh yang Tertukar".
Saya tercengang ketika melihat seorang wanita, menilik dari perawakannya sih nampak masih sangat muda. Betul-betul kaget, karena ia membawa 3 orang anak balita dan ketiganya adalah anaknya. Kalau boleh saya prediksi, wanita itu berusia 19 tahunan, dan usia si sulung masih 3,5 tahun, si kedua masih 2 tahun dan si bungsu masih dalam pangkuan ibunya. Luar biasa.
Menurutmu salah atau tidakkah kondisi tersebut?
Tidak ada jawaban yang pasti, dalam sudut pandang yang berbeda, bisa jadi salah dan bisa jadi benar.
Namun saya menjadi termenung dan teringat sebuah kalimat dalam buku Ust. Faudzil Adhim, yang isinya kurang lebih seperti ini :
Namun point penting yang saya pikirkan adalah
Dengan segala ke-sok tahuan saya, sungguh berat perkara menjadi orang tua. Bukan hanya melahirkan, kemudian cukup dengan memberikan uang.
Lalu dimana letak makna keluarga sebagai sarana mencetak generasi hebat? Cukupkan meletakkan perkara amanah dari Allah yang sangaaaaaat besar pada hal lain?
Sulit pasti pilihannya, di kala kondisi ekonomi menjadi tameng terbesar mewujudkan cita-cita besar itu. Tapi yakinlah ada jalan keluar di setiap permasalahan yang memberatkan langkah kita.
Kembali lagi pada topik awal.
Duhai kawanku, setiap orang berhak dan bisa menjadi seorang ayah-ibu, suami-ayah. Namun tak semua orang mampu menjadi hi-quality of mommy and daddy.
Yuk ah, stop galau ga jelas lebih baik mempersiapkan saja ilmu sebanyak-banyaknya.
Ingat, luruskan niat belajar untuk mencetak generasi hebat pembela agama Allah. Bukan hanya untuk memantaskan diri agar Allah iba melihatmu tak kunjung menikah. Sungguh lemah sekali alasan seperti itu.
Being a Superbmother not a deal, It's a MUST.
RiaRahma
Tapi tulisan ini tetep ditulis di tanggal 28 Sept 2014 :)
Bandung, 28 September 2014
Katanya reproduksi seorang wanita mencapai "titik terbaik" sebelum usia 30 tahun.
Tulisan ini tidak akan membahas mengenai kesehatan reproduksi wanita, bukan juga mengenai usia maksimum menikah. Bukan kapasitas saya. Dan lagipula hal itu sudah diatur oleh-Nya bukan? Jadi tidak akan ada yang namanya "Jodoh yang Tertukar".
Saya tercengang ketika melihat seorang wanita, menilik dari perawakannya sih nampak masih sangat muda. Betul-betul kaget, karena ia membawa 3 orang anak balita dan ketiganya adalah anaknya. Kalau boleh saya prediksi, wanita itu berusia 19 tahunan, dan usia si sulung masih 3,5 tahun, si kedua masih 2 tahun dan si bungsu masih dalam pangkuan ibunya. Luar biasa.
Menurutmu salah atau tidakkah kondisi tersebut?
Tidak ada jawaban yang pasti, dalam sudut pandang yang berbeda, bisa jadi salah dan bisa jadi benar.
Namun saya menjadi termenung dan teringat sebuah kalimat dalam buku Ust. Faudzil Adhim, yang isinya kurang lebih seperti ini :
Memiliki banyak anak merupakan anugerah dari Allah, namun bisa jadi juga pertanda bahwa manusia tidak bisa menahan hawa nafsunya.Saya sama sekali tidak merendahkan bapak ibu yang dikarunia anak banyak.
Namun point penting yang saya pikirkan adalah
- Apakah kapasitas kita sudah memumpuni mendidik anak banyak?
- Dalam kondisi jaman yang sudah semakin kacau?
Dengan segala ke-sok tahuan saya, sungguh berat perkara menjadi orang tua. Bukan hanya melahirkan, kemudian cukup dengan memberikan uang.
Lalu dimana letak makna keluarga sebagai sarana mencetak generasi hebat? Cukupkan meletakkan perkara amanah dari Allah yang sangaaaaaat besar pada hal lain?
Sulit pasti pilihannya, di kala kondisi ekonomi menjadi tameng terbesar mewujudkan cita-cita besar itu. Tapi yakinlah ada jalan keluar di setiap permasalahan yang memberatkan langkah kita.
Kembali lagi pada topik awal.
Duhai kawanku, setiap orang berhak dan bisa menjadi seorang ayah-ibu, suami-ayah. Namun tak semua orang mampu menjadi hi-quality of mommy and daddy.
Yuk ah, stop galau ga jelas lebih baik mempersiapkan saja ilmu sebanyak-banyaknya.
Ingat, luruskan niat belajar untuk mencetak generasi hebat pembela agama Allah. Bukan hanya untuk memantaskan diri agar Allah iba melihatmu tak kunjung menikah. Sungguh lemah sekali alasan seperti itu.
Being a Superbmother not a deal, It's a MUST.
RiaRahma
Jumat, 26 September 2014
Sepele yang Fatal
26 September 2014
sret sret piiiiinn..
Suara mesin printer mencetak lembar-lembar kertas tulisanku.
Naruni ku menolaknya dan mengatakan jangan.
Hari ini aku mencetak berlembar-lembar arsip pribadi dengan fasilitas kantor. Terpaksa. Mesin printer di rumah rusak dan tidak ada waktu untukku mengeprint di warnet. Dan arsip ini sangat urgent.
Aku deg-degan setengah mati. Berlebihan sekali, tapi ini yang kurasakan. Aku takut yang ku print ini tidak berkah.
Mau minta ijin ke siapa? Mau bayar kemana? Tidak ada yang lihat memang. Dan mungkin bagi orang lain sangat sepele. Tapi entah untukku tidak sepele.
Sampai sekarang aku bingung untuk membayarkan hasil print kepada siapa.
Bukankah korupsi dimulai dari hal kecil? Dan membayangkannya saja bulu kudukku merinding.
Aku teringat dengan sebuah hadist yang mengkisahkan tentang seorang lelaki yang tak sengaja mengambil ranting pohon tanpa izin untuk digunakan sebagai tusuk gigi. Hanya tusuk gigi. Tapi sang pemilik belum mengijinkannya. Dan hal mengerikan terjadi sampai sang lelaki meminta izin pada si empunya.
Aku membayangkan hal itu dan deg-degan sekali rasanya. Bukan masalah etika saja tapi fiqih. Lalu kemanakah aku harus membebaskan 10 lembar kertas arsip pribadiku ini?
Outline
Opening : printer
isi : kebutuhan pribadi
Closing : rapi dalam bertindak
sret sret piiiiinn..
Suara mesin printer mencetak lembar-lembar kertas tulisanku.
Naruni ku menolaknya dan mengatakan jangan.
Hari ini aku mencetak berlembar-lembar arsip pribadi dengan fasilitas kantor. Terpaksa. Mesin printer di rumah rusak dan tidak ada waktu untukku mengeprint di warnet. Dan arsip ini sangat urgent.
Aku deg-degan setengah mati. Berlebihan sekali, tapi ini yang kurasakan. Aku takut yang ku print ini tidak berkah.
Mau minta ijin ke siapa? Mau bayar kemana? Tidak ada yang lihat memang. Dan mungkin bagi orang lain sangat sepele. Tapi entah untukku tidak sepele.
Sampai sekarang aku bingung untuk membayarkan hasil print kepada siapa.
Bukankah korupsi dimulai dari hal kecil? Dan membayangkannya saja bulu kudukku merinding.
Aku teringat dengan sebuah hadist yang mengkisahkan tentang seorang lelaki yang tak sengaja mengambil ranting pohon tanpa izin untuk digunakan sebagai tusuk gigi. Hanya tusuk gigi. Tapi sang pemilik belum mengijinkannya. Dan hal mengerikan terjadi sampai sang lelaki meminta izin pada si empunya.
Aku membayangkan hal itu dan deg-degan sekali rasanya. Bukan masalah etika saja tapi fiqih. Lalu kemanakah aku harus membebaskan 10 lembar kertas arsip pribadiku ini?
Outline
Opening : printer
isi : kebutuhan pribadi
Closing : rapi dalam bertindak
Kamis, 25 September 2014
Ucapan Selamat untuk Bandung
25 September 2014
Saya lebih senang dipanggil teteh, dibandingkan mbak atau kakak. Terdengar sangat sukuisme. Tapi ya begitu nyamannya.
Memang bukan orang asli Sunda, cuma keturunan aja. Tepatnya Sunda Jawa. Jadi ga heran lebih banyak yang menyangka saya orang Jawa. Tapi yang lebih aneh adalah yang menyangka saya orang Minang. Alamak.. tunggu.. lebih aneh banget ketika disangka orang India. Haduh tepok jidat.
Sedari lahir hingga sekarang, saya bermukim dan dibesarkan di kota Kembang ini. Orang tua saya bukan tipe nomaden jadi kami menetap saja di satu kota.
Hingga hari ini belum ada alasan kuat untuk meninggalkan Bandung. Bahkan mencari kerjapun saya masih ngubek di Bandung.
Entah apa yang membuat saya jatuh cinta. Macet? Iya. Panas? Juga iya.
Ahaa.. saya tahu. Alasan terkuat adalah karena Bandung telah memikat saya dengan mempertemukan kamu, dia, mereka dan kalian. Kisah manis pahit inilah yang membuat Bandung begitu penuh kenangan.
Mungkin entah esok,satu atau dua tahun lagi saya harus meninggalkan kota ini, niscaya saya akan kembali lagi.
Sebenarnya dari tulisan singkat ini, saya ingin mengucapkan Selamat Hari Jadi ke 204 untuk Kota Bandung.
Tetaplah menjadi tempat ternyaman bagi Bandungers.
Terlalu spesial memang menjadikannya sebuah tulisan. Tak apa, bukankah masing-masing orang punya isi kepala yang berbeda ? :)
Outline
opening : sukuisme
Isi : Bandung
Closing : selamat hari jadi
Saya lebih senang dipanggil teteh, dibandingkan mbak atau kakak. Terdengar sangat sukuisme. Tapi ya begitu nyamannya.
Memang bukan orang asli Sunda, cuma keturunan aja. Tepatnya Sunda Jawa. Jadi ga heran lebih banyak yang menyangka saya orang Jawa. Tapi yang lebih aneh adalah yang menyangka saya orang Minang. Alamak.. tunggu.. lebih aneh banget ketika disangka orang India. Haduh tepok jidat.
Sedari lahir hingga sekarang, saya bermukim dan dibesarkan di kota Kembang ini. Orang tua saya bukan tipe nomaden jadi kami menetap saja di satu kota.
Hingga hari ini belum ada alasan kuat untuk meninggalkan Bandung. Bahkan mencari kerjapun saya masih ngubek di Bandung.
Entah apa yang membuat saya jatuh cinta. Macet? Iya. Panas? Juga iya.
Ahaa.. saya tahu. Alasan terkuat adalah karena Bandung telah memikat saya dengan mempertemukan kamu, dia, mereka dan kalian. Kisah manis pahit inilah yang membuat Bandung begitu penuh kenangan.
Mungkin entah esok,satu atau dua tahun lagi saya harus meninggalkan kota ini, niscaya saya akan kembali lagi.
Sebenarnya dari tulisan singkat ini, saya ingin mengucapkan Selamat Hari Jadi ke 204 untuk Kota Bandung.
Tetaplah menjadi tempat ternyaman bagi Bandungers.
Terlalu spesial memang menjadikannya sebuah tulisan. Tak apa, bukankah masing-masing orang punya isi kepala yang berbeda ? :)
Outline
opening : sukuisme
Isi : Bandung
Closing : selamat hari jadi
Rabu, 24 September 2014
Beratnya Membesarkanmu
24 September 2014
Lagi-lagi late post karena koneksi internet yang lambat, tapi isi tulisan ini tidak late post. Saya sudah persiapkan tulisan sejak sore kemarin.
Inspirasi datang dari mana saja. Terkadang memerlukan kepekaan untuk memahami bahwa ini adalah sebuah hikmah, pelajaran dan juga inspirasi.
Hari ini entah mengapa yang kurasakan serba plong. Entah mungkin karena semua deadline yang diminta telah usai kukerjakan. Jadilah beban dipikiranku terasa ringan.
Inspirasi itu datang begitu saja, semua yang kulihat dan kurasakan begitu serupa. Aku terlalu sensitif sehingga menyambung-nyambungkan perkara kepada satu hal. Maklum sang Melankolis.
Tetiba teringat niat awal di Maret 2013 ketika kala itu kami (aku dan partnerku) merumuskan sebuah cita-cita kecil. Cita-cita kecil yang ingin kuwujudkan dan dengan ijin Allah akan menjadi cita-cita besar. Aamiin.
Kala itu kami masih mahasiswa (masih skripsi pula), berawal dari kebosanan dan kemumetan mengerjakan tugas skripsi, kami ingin membumikan jilbab syar'i dan ingin sekali membantu kehidupan ekonomi ibu-ibu di lingkungan kami.
Inilah niat kami. Dengan berbekal tekad yang kuat namun NOL besar modal.
Bismillahirahmanirahim..
Kami nekad meluncurkan sebuah produk bernama AILEEN (yang berarti Cahaya - dalam bahasa Norwegia). Deg-degan? Iya. Kami takut pasar tidak melirik kami, karena kami bukanlah siapa-siapa. Produk pertama kamipun dijual pada para sahabat kami.
Memang pasar kami bukan kelas atas, segmentasi kami adalah para mahasiswi dengan budget terbatas namun kami fasilitasi produk syar'i yang murmer, namun berkualitas.
Sempat langkah membesarkan AILEEN terhenti karena kami sama-sama sibuk dalam aktivitas bekerja. Namun kami kembali meluruskan niat untuk mewujudkan kembali mimpi yang telah kami tanamkan dalam hati.
Teringat seorang sahabat berkata padaku, "Jika kamu tanyakan aku, mengapa aku begitu struggle dalam bisnisku. Maka tanyakanlah niat awalku ketika membangun bisnis ini sambil berteteskan airmata dan peluh." Ketika ia berkata seperti itu aku sama sekali tidak mengerti, duh lemot. Namun kini aku mengerti dan kembali menderapkan langkah dan barisan untuk mewujudkan cita-cita itu.
Mudah-mudahan Allah ringankan dan ridhoi langkah kami. Aamiin
RiaRahma
Outline
Opening : Inspirasi
Isi : Bisnis
Penutup : Tanyakan niat awalmu
Lagi-lagi late post karena koneksi internet yang lambat, tapi isi tulisan ini tidak late post. Saya sudah persiapkan tulisan sejak sore kemarin.
Inspirasi datang dari mana saja. Terkadang memerlukan kepekaan untuk memahami bahwa ini adalah sebuah hikmah, pelajaran dan juga inspirasi.
Hari ini entah mengapa yang kurasakan serba plong. Entah mungkin karena semua deadline yang diminta telah usai kukerjakan. Jadilah beban dipikiranku terasa ringan.
Inspirasi itu datang begitu saja, semua yang kulihat dan kurasakan begitu serupa. Aku terlalu sensitif sehingga menyambung-nyambungkan perkara kepada satu hal. Maklum sang Melankolis.
Tetiba teringat niat awal di Maret 2013 ketika kala itu kami (aku dan partnerku) merumuskan sebuah cita-cita kecil. Cita-cita kecil yang ingin kuwujudkan dan dengan ijin Allah akan menjadi cita-cita besar. Aamiin.
Kala itu kami masih mahasiswa (masih skripsi pula), berawal dari kebosanan dan kemumetan mengerjakan tugas skripsi, kami ingin membumikan jilbab syar'i dan ingin sekali membantu kehidupan ekonomi ibu-ibu di lingkungan kami.
Inilah niat kami. Dengan berbekal tekad yang kuat namun NOL besar modal.
Bismillahirahmanirahim..
Kami nekad meluncurkan sebuah produk bernama AILEEN (yang berarti Cahaya - dalam bahasa Norwegia). Deg-degan? Iya. Kami takut pasar tidak melirik kami, karena kami bukanlah siapa-siapa. Produk pertama kamipun dijual pada para sahabat kami.
Memang pasar kami bukan kelas atas, segmentasi kami adalah para mahasiswi dengan budget terbatas namun kami fasilitasi produk syar'i yang murmer, namun berkualitas.
Sempat langkah membesarkan AILEEN terhenti karena kami sama-sama sibuk dalam aktivitas bekerja. Namun kami kembali meluruskan niat untuk mewujudkan kembali mimpi yang telah kami tanamkan dalam hati.
Teringat seorang sahabat berkata padaku, "Jika kamu tanyakan aku, mengapa aku begitu struggle dalam bisnisku. Maka tanyakanlah niat awalku ketika membangun bisnis ini sambil berteteskan airmata dan peluh." Ketika ia berkata seperti itu aku sama sekali tidak mengerti, duh lemot. Namun kini aku mengerti dan kembali menderapkan langkah dan barisan untuk mewujudkan cita-cita itu.
Mudah-mudahan Allah ringankan dan ridhoi langkah kami. Aamiin
RiaRahma
Outline
Opening : Inspirasi
Isi : Bisnis
Penutup : Tanyakan niat awalmu
Selasa, 23 September 2014
Bukan Galau Biasa
Selasa, 23 September 2014
I need another story
Something to get off my chest
My life gets kinda boring
Need something that I can confess..
Satu lagu yang seharian aku putar, aku mencari berbagai versi dari akustik hingga pentas musik klasik.
Lagu ini tiba-tiba mengiang begitu saja dalam kepalaku.. bersenandung bebas lepas dari alam bawah sadarku. Lalu kusegera bergegas memutar dan bersenandung.
Anak-anak ABG jaman sekarang mungkin menyebutnya galau.
Galauku berkelas, bukan galau karena putus cinta atau cinta dalam hati. Tapi galau memaknai hidup.
Aku .. aku bingung.
Bingung terhadap apa yang aku rasakan. Aku seperti kehilangan arah.
Seperti lirik lagu secrets. My life gets kinda boring. Yaa betul itu yang kurasakan kini.
Kau tau kenapa? Aku merasa jauh dari Nya. Entah kebodohan macam apa yang bercokol dalam kepalaku.
aku tahu iman seseorang itu naik turun. Tapi aku takut. Takut akan kehilangan cinta-Nya. Takut Ia mencabut rahmat dan nikmat-Nya.
Ia tidak butuh aku sama sekali. Tapi akulah yang butuh Ia.
Karena tanpa rahmatNya aku tiada makna.
Bukankah yang kau pilih ini adalah apa yang kau yakini dari petunjuk-Nya?
Bukankah kau sudah temukan beberapa keajaiban yang sudah Ia gariskan padamu?
Lalu mengapa bukan membuat kau semakin dekat pada-Nya?
Apakah karena kau terlalu sibuk?
Jangan kau mengatakan aku sedang sibuk pada-Nya.
Bukankah niat awalmu untuk mencari ridho-Nya dengan cara yang berbeda?
Terlalu banyak pertanyaan retoris itu. Dan aku tak bisa menjawabnya.
Aku terlalu bodoh untuk tidak bisa berdiri tegar mewujudkan apa yang diimpikan. Merangkul dunia dengan akhirat. Mungkin kualitasku masih nihil.
Kegalauan macam ini adalah kegalauan terberat yang aku rasakan. Bukan masalah jodoh rezeki dan mati. Itu hal yang pasti. Tapi kegalauanku adalah kegalauan untuk tetap straight mencari Ridho-Nya.
Aku hanya butuh menggelarkan sajadah dan bersujud pada-Nya. Memohon ampun.
RiaRahma
Outline
Opening : musik
Isi : futur
Penutup : istiqamah and stay at the right way.
I need another story
Something to get off my chest
My life gets kinda boring
Need something that I can confess..
Satu lagu yang seharian aku putar, aku mencari berbagai versi dari akustik hingga pentas musik klasik.
Lagu ini tiba-tiba mengiang begitu saja dalam kepalaku.. bersenandung bebas lepas dari alam bawah sadarku. Lalu kusegera bergegas memutar dan bersenandung.
Anak-anak ABG jaman sekarang mungkin menyebutnya galau.
Galauku berkelas, bukan galau karena putus cinta atau cinta dalam hati. Tapi galau memaknai hidup.
Aku .. aku bingung.
Bingung terhadap apa yang aku rasakan. Aku seperti kehilangan arah.
Seperti lirik lagu secrets. My life gets kinda boring. Yaa betul itu yang kurasakan kini.
Kau tau kenapa? Aku merasa jauh dari Nya. Entah kebodohan macam apa yang bercokol dalam kepalaku.
aku tahu iman seseorang itu naik turun. Tapi aku takut. Takut akan kehilangan cinta-Nya. Takut Ia mencabut rahmat dan nikmat-Nya.
Ia tidak butuh aku sama sekali. Tapi akulah yang butuh Ia.
Karena tanpa rahmatNya aku tiada makna.
Bukankah yang kau pilih ini adalah apa yang kau yakini dari petunjuk-Nya?
Bukankah kau sudah temukan beberapa keajaiban yang sudah Ia gariskan padamu?
Lalu mengapa bukan membuat kau semakin dekat pada-Nya?
Apakah karena kau terlalu sibuk?
Jangan kau mengatakan aku sedang sibuk pada-Nya.
Bukankah niat awalmu untuk mencari ridho-Nya dengan cara yang berbeda?
Terlalu banyak pertanyaan retoris itu. Dan aku tak bisa menjawabnya.
Aku terlalu bodoh untuk tidak bisa berdiri tegar mewujudkan apa yang diimpikan. Merangkul dunia dengan akhirat. Mungkin kualitasku masih nihil.
Kegalauan macam ini adalah kegalauan terberat yang aku rasakan. Bukan masalah jodoh rezeki dan mati. Itu hal yang pasti. Tapi kegalauanku adalah kegalauan untuk tetap straight mencari Ridho-Nya.
Aku hanya butuh menggelarkan sajadah dan bersujud pada-Nya. Memohon ampun.
RiaRahma
Outline
Opening : musik
Isi : futur
Penutup : istiqamah and stay at the right way.
Senin, 22 September 2014
Pasti Ada Rahasia-Nya yang Belum Terungkap
Senin, 22 September 2014
Jemari menari dengan lincah di atas tuts keyboard, seolah menghempaskan energi yang ingin ia tuangkan. Indah bagaikan tarian seorang balerina.
Kutuliskan sebuah memoar hampa, tiada makna. Entah apa yang akan tertuang.
Semua masih tampak sama seperti kemarin.
Rutinitas ini, meja ini, musik ini.
Ya tiada yang berubah, yang berubah hanyalah waktu yang semakin sempit.
Kita seolah bersaing dengan waktu, tapi sebenarnya waktulah yang menyadarkan bahwa sebenarnya masih banyak di luar sana yang merindukan keberadaan kita.
Orangtua kita, sahabat kita dan sudah jelas sang Khalik, yang merindukan do'a panjang dan tangis sendu. Bukan Sang Khalik yang rindu kehadiran kita. Salah besar. Tapi kitalah yang merindukan berkhalwat dengan-Nya.
Tetesan air mata tak henti membanjiri pipi ini.
Seolah merasakan kehidupan yang semakin hampa. Apalah yang kau kejar, wahai sahabat?
Bukankah hidup kita ini hanya untuk-Nya?
Ayolah bangkit, temukan Rahasia-Nya Yang Maha Besar dari kehidupanmu ini.
Bukankah kau sangat yakin akan itu? Dan bukankah sudah pernah menyaksikannya?
Syukurilah hidupmu ini dan niatkan apa yang kau jalani hanya untuk mencari keridhoan-Nya.
Bismillahirahmanirahim..
RiaRahma
Outline
Opening : Mengetik
Isi : Kejenuhan Hidup
Closing : Syukur akan kebesaran-Nya
Jemari menari dengan lincah di atas tuts keyboard, seolah menghempaskan energi yang ingin ia tuangkan. Indah bagaikan tarian seorang balerina.
Kutuliskan sebuah memoar hampa, tiada makna. Entah apa yang akan tertuang.
Semua masih tampak sama seperti kemarin.
Rutinitas ini, meja ini, musik ini.
Ya tiada yang berubah, yang berubah hanyalah waktu yang semakin sempit.
Kita seolah bersaing dengan waktu, tapi sebenarnya waktulah yang menyadarkan bahwa sebenarnya masih banyak di luar sana yang merindukan keberadaan kita.
Orangtua kita, sahabat kita dan sudah jelas sang Khalik, yang merindukan do'a panjang dan tangis sendu. Bukan Sang Khalik yang rindu kehadiran kita. Salah besar. Tapi kitalah yang merindukan berkhalwat dengan-Nya.
Tetesan air mata tak henti membanjiri pipi ini.
Seolah merasakan kehidupan yang semakin hampa. Apalah yang kau kejar, wahai sahabat?
Bukankah hidup kita ini hanya untuk-Nya?
Ayolah bangkit, temukan Rahasia-Nya Yang Maha Besar dari kehidupanmu ini.
Bukankah kau sangat yakin akan itu? Dan bukankah sudah pernah menyaksikannya?
Syukurilah hidupmu ini dan niatkan apa yang kau jalani hanya untuk mencari keridhoan-Nya.
Bismillahirahmanirahim..
RiaRahma
Outline
Opening : Mengetik
Isi : Kejenuhan Hidup
Closing : Syukur akan kebesaran-Nya
Minggu, 21 September 2014
Lelah untuk Kuat
Bandung, 21 September 2014
Suhu tubuhnya meninggi. Perubahan cuaca membuat pertahanan tubuhnya tumbang. Entah terlalu lelah ataukah memang dia sedang diuji dengan sakitnya.
Saat itu hening. Tak ada suara sedikitpun. Gemerisik suara angin meniup lembut hamparan sawah. Ia sakit tapi ia tetap ingin menikmati nyanyian lembut alam.
Terlalu damai hari itu. Sakitnya dan heningnya suara. Ia bersyukur kondisi tubuh semakin membaik. Namun semua itu hanya memoar belaka. Lamunannya hancur.
Telpon berdering, sms masuk dan emailpun berteriak. Ah dia lupa, ini weekend dan dia lupa mematikan semua alat komunikasi.
"Tidak bolehkah aku sakit dan sejenak melupakanmu?" Ketusnya.
Suara di sebrang sana dengan lancar memberikan instruksi yang panjang tentang rencana dan objective di esok hari, katanya agar esok tinggal action. Dia hanya menjawab 'Oke' tanpa menjelaskan kondisi tubuhnya yang sedang drop. Lagi-lagi semua terlihat baik-baik saja dan dia menghiraukan kondisi tubuhnya. Berharap esok hari akan sembuh seperti sediakala.
Entah mengapa sensitivitasnya menjadi rapuh semenjak itu. Rasanya ia ingin meneriakan dan meledakkan emosinya. Lelah. Tapi beginilah hidup. Dinamis dan tiada henti.
Tapi haruskah mengorbankan juga privasi? Ini bukan masalah uang, tapi.orang menyebutnya profesionalisme.
Entahlah..
Apapun yang orang katakan, dia tidak peduli. Kini ia sedang berada di titik kejenuhan. Butuh waktu barang sebentar untuk mengembalikannya.
Karena ia sadar betul inilah jalan yang dipilihnya, jalan terjal dan berliku yang kemudian akan mengokohkannya di puncak. Perlu waktu, kegigihan,kesabaran dan juga berserah pada-Nya.
Semoga sang Maha Kuasa menggenggam hatinya untuk tetap tegar.
RiaRahma
Outline
Opening : angin
Isi : kemarahan
Closing : cobaan menempa agar semakin kuat.
Suhu tubuhnya meninggi. Perubahan cuaca membuat pertahanan tubuhnya tumbang. Entah terlalu lelah ataukah memang dia sedang diuji dengan sakitnya.
Saat itu hening. Tak ada suara sedikitpun. Gemerisik suara angin meniup lembut hamparan sawah. Ia sakit tapi ia tetap ingin menikmati nyanyian lembut alam.
Terlalu damai hari itu. Sakitnya dan heningnya suara. Ia bersyukur kondisi tubuh semakin membaik. Namun semua itu hanya memoar belaka. Lamunannya hancur.
Telpon berdering, sms masuk dan emailpun berteriak. Ah dia lupa, ini weekend dan dia lupa mematikan semua alat komunikasi.
"Tidak bolehkah aku sakit dan sejenak melupakanmu?" Ketusnya.
Suara di sebrang sana dengan lancar memberikan instruksi yang panjang tentang rencana dan objective di esok hari, katanya agar esok tinggal action. Dia hanya menjawab 'Oke' tanpa menjelaskan kondisi tubuhnya yang sedang drop. Lagi-lagi semua terlihat baik-baik saja dan dia menghiraukan kondisi tubuhnya. Berharap esok hari akan sembuh seperti sediakala.
Entah mengapa sensitivitasnya menjadi rapuh semenjak itu. Rasanya ia ingin meneriakan dan meledakkan emosinya. Lelah. Tapi beginilah hidup. Dinamis dan tiada henti.
Tapi haruskah mengorbankan juga privasi? Ini bukan masalah uang, tapi.orang menyebutnya profesionalisme.
Entahlah..
Apapun yang orang katakan, dia tidak peduli. Kini ia sedang berada di titik kejenuhan. Butuh waktu barang sebentar untuk mengembalikannya.
Karena ia sadar betul inilah jalan yang dipilihnya, jalan terjal dan berliku yang kemudian akan mengokohkannya di puncak. Perlu waktu, kegigihan,kesabaran dan juga berserah pada-Nya.
Semoga sang Maha Kuasa menggenggam hatinya untuk tetap tegar.
RiaRahma
Outline
Opening : angin
Isi : kemarahan
Closing : cobaan menempa agar semakin kuat.
Sabtu, 20 September 2014
Becak Hikmah
Outline :
Opening : hujan
Isi : rizki
Closing : syukur akan nikmat-Nya
Sabtu, 20 September 2014
Roda itu berputar, peluh lelaki tua itu bercampur dengan derasnya air hujan yang mengguyur pinggiran Bandung sore itu. Dengan sekuat tenaga ia mengayuh becak tuanya.
Dengan santai, duduklah di dalam becak seorang perempuan berhijab hitam. Dia duduk termenung di dalamnya, mentafakuri derasnya hujan dan ia melihat kodok yang riang gembira karena hujan akhirnya turun.
Siapa yang tidak suka hujan? Hujan pertama di bulan September seolah nikmatNya berjatuhan di muka bumi.
Bukan berlebihan, bahkan para musisi membuat lagu tentang hujan, bernapaskan kegembiraan di kala hujan turun.
Sang perempuan merasakan memori di masa kecilnya kembali berdatangan, ia teringat hujan-hujanan bersama adik kecilnya. Mengejar-ngejar katak. Sungguh bahagia sesederhana itu.
Tiba-tiba sang perempuan terbangun dari lamunannya karena tak sengaja sang lelaki tua pengayuh becak itu melewati jalanan yang agak rusak.
Dengan penasaran ia melihat ke belakang, menengok sang pengayuh. Namun tak jelas karena tertutup tirai dari plastik bening yang sudah tdk bening lagi.
Tangan berurat dengan kuku yang agak rusak karena bekerja berat itu dengan semangat mengayuh becak mengantarkan sang perempuan ke tempat peraduannya.
'Haruskah mencari nafkah sampai peluh bercampur air hujan?' Suara hati sang perempuan.
'Apakah uangku ini cukup untuknya membelikan sekilo beras bagi keluarganya?'
Tanpa sengaja sang perempuan menoleh ke atap becak dan melihat tumpukan gelas air mineral bekas.
'Ini apa? Oh yaa.. mungkin s bapak ini memerlukan uang tambahan utk keluarganya.' bisiknya dalam hati.
Tak terasa becak berhenti di tempat tujuan. Turunlah sang perempuan dari becak seraya memberikan ongkosnya.
Ya Allah, sungguh rejeki telah Kau atur, bahkan dari asal yang tak terduga. Lalu mengapakah kita sering mengeluhkan pendapatan yang kecil atau kurang padahal masih banyak di luar sana yang tetap tersenyum dan bersemangat mencari nafkah utk keluarganya. Walaupun hanya sesuap nasi. Betul-betul sesuap nasi bukan hiperbolik.
Manusia tak pernah berhenti dan selalu merasa kurang. Akankah naluri itu menguasai kita?
RiaRahma
Opening : hujan
Isi : rizki
Closing : syukur akan nikmat-Nya
Sabtu, 20 September 2014
Roda itu berputar, peluh lelaki tua itu bercampur dengan derasnya air hujan yang mengguyur pinggiran Bandung sore itu. Dengan sekuat tenaga ia mengayuh becak tuanya.
Dengan santai, duduklah di dalam becak seorang perempuan berhijab hitam. Dia duduk termenung di dalamnya, mentafakuri derasnya hujan dan ia melihat kodok yang riang gembira karena hujan akhirnya turun.
Siapa yang tidak suka hujan? Hujan pertama di bulan September seolah nikmatNya berjatuhan di muka bumi.
Bukan berlebihan, bahkan para musisi membuat lagu tentang hujan, bernapaskan kegembiraan di kala hujan turun.
Sang perempuan merasakan memori di masa kecilnya kembali berdatangan, ia teringat hujan-hujanan bersama adik kecilnya. Mengejar-ngejar katak. Sungguh bahagia sesederhana itu.
Tiba-tiba sang perempuan terbangun dari lamunannya karena tak sengaja sang lelaki tua pengayuh becak itu melewati jalanan yang agak rusak.
Dengan penasaran ia melihat ke belakang, menengok sang pengayuh. Namun tak jelas karena tertutup tirai dari plastik bening yang sudah tdk bening lagi.
Tangan berurat dengan kuku yang agak rusak karena bekerja berat itu dengan semangat mengayuh becak mengantarkan sang perempuan ke tempat peraduannya.
'Haruskah mencari nafkah sampai peluh bercampur air hujan?' Suara hati sang perempuan.
'Apakah uangku ini cukup untuknya membelikan sekilo beras bagi keluarganya?'
Tanpa sengaja sang perempuan menoleh ke atap becak dan melihat tumpukan gelas air mineral bekas.
'Ini apa? Oh yaa.. mungkin s bapak ini memerlukan uang tambahan utk keluarganya.' bisiknya dalam hati.
Tak terasa becak berhenti di tempat tujuan. Turunlah sang perempuan dari becak seraya memberikan ongkosnya.
Ya Allah, sungguh rejeki telah Kau atur, bahkan dari asal yang tak terduga. Lalu mengapakah kita sering mengeluhkan pendapatan yang kecil atau kurang padahal masih banyak di luar sana yang tetap tersenyum dan bersemangat mencari nafkah utk keluarganya. Walaupun hanya sesuap nasi. Betul-betul sesuap nasi bukan hiperbolik.
Manusia tak pernah berhenti dan selalu merasa kurang. Akankah naluri itu menguasai kita?
RiaRahma
Kamis, 18 September 2014
Hanyalah Manusia Biasa
Kamis, 18 September 2014
Tulisan ini bener-bener late post. Saya menulisnya jam 23.00
Harap dimaklum seharian wara-wiri banget dan udah beberapa
hari terakhir pulang jam 20.00 melulu. Otomatis sampe rumah jam 21.00. Gayamu bak wanita karier sadjah mbak haha. Itulah kenapa saya ga mau mengembara ke Jkt,
sungguh ga kebayang stress dan riweuhnya kayak gimana? ckckck
Oia, semenjak saya ikutan MDH rasanya nyandu banget nulis.
Walaupun tulisan saya jauh dari bagus, lebih tepatnya 'keranjang
sampah'.Maaf-maaf aja para pembaca jadi stress, asli saya ga berniat tulisan ini jadi konsumsi publik. hihi
Kadang di siang hari saya mengalami sesuatu yang ga biasa, rasanya
pengen nulis. Sekarang apa-apa yang ga enak ataupun enak rasanya pengen ditulis aja.. Jadi kebutuhan gitu , ikutan teh Pewski hihi
Ini yang ngena banget di hari Kamis.
Ketika pagi hari sebelum pergi kerja, adik saya rewel
banget ga mau anter. Alasannya ga punya bensin karena saya ga pernah
kasih uang ke ade saya. Sama sekali ga nyautin aduan ade ke mamah. Saya
mikir 'loh kok ngaleuleungit' (dalam bahasa Indonesia artinya mengaku
tidak punya atau tidak pernah diberi.)
Saya sempet bete sama ade saya, padahal saya ga sepelit itu. Kalo saya punya ya saya beri. Dipikir-pikir kita hanya memberi barang sedikit lalu si penerima tidak mengucapkan terima kasih dan mengakuinya. Dijamin 100% sebel plus bete. Sedangkan Allah,sang Maha Pemberi tidak pernah mengukur-ukur apa yang Dia berikan pada makhluknya. Bahkan makhluk yang tidak beriman pada-Nya tetap Dia beri nikmat.
Ya Allah, Rabb Maha Pemberi nikmat..
Sungguh hamba hanyalah manusia yang tiada berarti, semua yang telah digariskan dalam hidup hamba. Baik yang sudah terjadi ataupun masih dalam Rahasia-Mu. Hamba bersyukur atas segala yang Engkau berikan.
RiaRahma
Selasa, 16 September 2014
AWAS KONTAMINASI LIMBAH BERACUN !!!
16 September 2014
Lebay banget ya judulnya, tapi emang bener
sih beracun. Bisa menyebabkan kematian malah. Haduh ngeri banget.
Ngomong2 lebay2 begini karena saya lagi ga
karu2an. Jangar kalo kata orang sunda mah.
Duh, maaf ya yang g sengaja baca tulisan
beracun ini.. saya lagi pengen numpahin esmosi jiwa saya, cielah..
Ini saya lagi nulis cenat cenut banget
kepala. Duuuhh...
Kenapa sih lebay banget kayaknya ya?
gimana ga lebay coba para pembaca tercinta,
saya dikejar deadline. Ga tanggung2 5 deadline dengan waktu yang deketan. Haduh
asli jangar pisan ieu mah. Yang ga ngerti bahasa Sunda bisa lihat di Google
Translate wekekekek..
Tuhkan ketawa2 tapi jangar, gejala stress
melanda ini mah :(
Tadi siang lebih lucu lagi.. lagi
konsentrasi eh ada temen curhat mendadak. Bukan tentang si eta kok. Tentang
karier. Gayanya karier..
haduh haduh sakit euy kepala saya.
Eh bentar, saya break dlu ya..
ini ngetik lagi sambil otw pulang.
Menepi dlu belanja huehehe..
Dan taraaaaa jangar saya hilang dooong
gara2 belanja, duh parah pisan lah.
Bener kata temen2 saya, kalo saya paling
kuat kalo belanja, sungguh lebay mereka.
Oia, kembali lagi ya ke curhatan temen
kerja saya. Jadi kenalin dulu temen saya ini mbak cantik asal Jakarta.
Sosialita Jakarta. Umurnya 32 tahun masih single dan lulusan luar negeri. Nah
loh bingung kan, kenapa sosialita macam gini bisa nyasar di Bandung, yang bikin
rutinitas dia cuma apartemen - kantor - apartemen.
Usut punya usut, mbak cantik ini mau
belajar dulu di kantorku. Karena dia punya bisnis juga, emang ga sama sih cuma
sama-sama berkecimpung di dunia migas.
Loh kok jadi nyeritain orang lain yah.. duh
maaf, malah kemana-mana, maklum wanita heuheu..
Sebenernya sih hari ini, mbak cantik cerita
sama saya mengenai kekesalan yang sangat amat sensitif, mengenai uang dinas.
Duh.. saya juga bingung nanggepinnya, soalnya saya sih let it flow aja. Ga
ribet.
Mbak ini cerita ke segala rupa deh, sampe
cerita protesnya dia ttg salary dan mobil. Duh ribet. Disini saya jadi
pendengar baik aja deh.
Saya banyakin senyum aja, padahal saya tau
kok salary dia yang nyampe kepala 2 dan hellow di Bandung gitu..
Tapi dengan gaya hidup dia yang tinggi dan
mungkin besarnya penghasilan dia sebelumnya yang sangat besar, segitu masih
kurang banget. Gimana ga kurang dari atas sampai bawah barang branded semua.
Saya cuma berpikir, ternyata besarnya
nominal ga menjamin kita merasa cukup. Saya teringat sama nasihat mamah saya
'yang penting barokah' .
Udah sih segitu aja, saya mau minta maaf
sama teh Pepew Sholehah..
Maaf kalo kualitas tulisan saya semakin ga
penting dan ga jelas. Saya ga bisa menulis penuh makna, penuh nasihat,
pemilihan diksi yang tepat. Bener deh saya nulis ibaratkan numpahin apa yang
saya pikirkan dan rasakan.
Sekali lagi.. maaf kalo tulisannya ga
berkualitas :(
Ria Rahma
Mana Insting Engineer-mu neng?
Bismillahirahmanirahim..
Hari ini adalah hari ke 15 d bulan
september.. ga kerasa sudah memasuki pekan ke 2 di bulan September.
Aktivitas saya d hari Senin.. tdk jauh
berbeda dari biasa. Bangun subuh, beres2 rumah, siap2 k kantor.
Namun ada yang beda d hari ini yaitu saya
tidur bersama mamah. Karena spt biasa saya g bisa tidur belakangan. tiba2
ditengah2 tidur lelap rasanya napas saya hilang, jadi saya slu terbangun tiba2.
agak ngeri sih.. kualitas tidur jadi ga bagus.
Kadang suka parno juga takut hal itu datang
tapi saya belum siap. Kadang saya mengecek suhu tubuh kalo kejadian terbangun
tiba2 menyerang.
Tapi bukan eureup2 kok. Kalo eureup2 kan
secara medis dan psikis memang terjadi kelelahan yang berlebihan. Jafi rasanya
ada yg nindihin.. lah kalo saya mah tiba2 aja gitu napas loose trus bangun deh
tiba2. Mungkin butuh teman tidur *abaikan ini haha*
Oke lanjut ke aktivitas.
Aktivitas hari ini ga jauh beda dr
biasanya. Ke kantor ngerjain proyek yang dideadline pertamina. Hrs beres minggu
ini. Ga tau deh rasanya lagi ga semangat hr tadi ngerjainnya, jd saya malah
kerjain dan nyiapain materi training aja buat kru dan prgawai baru. Rasanya
kepala mau pecah mgerjain proyek pertamina. Gila pusing banget mikirnya.
Dikatain ga cocok jd enjiner. Piye toh haha
Oia, kebiasaan d kantor saya setiap senin
semua jajaran manajemen meeting koordinasi. Padahal meeting tuh sering banget,
hobi malah kayaknya s pak bos. Wkwk
Saya kesentil sm ucapan salah satu senior
alias menejer. Mengenai proyek yang sedang running d lapangan. Beliau
backgroundnya petroleum, nah tadi beliau menuntut teman saya orang operasi.utk
bisa menjelaskan alat yg baru di.floor orang perminyakaan.
hal.yang menyentil bg saya adalah beliau
berkata jika dalam menjelaskan sesuatu itu singkat. Detail namun jelas..
kebiasaan saya menjelaskan panjang lebar namun poinnya ga ada. Haduh.. jangan2
selama ini kualitas tulisan saya lari kemana2.
Saya jadi berpikir utk meningktkan kualitas
menulis. Dan meningkatkan daya analisis.
Karena dua hal itu mutlak bagi seorng
engineer spt saya, walaupun saya perempuan :)
Kutemukan Makna-Mu ya Rabb
Sabtu, 13 September 2014
Bismillah..
Hari ini adalah saat yang dinanti karena
kelas MDH bertema penggalian emosi. Pada pertemuan ini, para peserta diminta
untuk membawa satu buah benda yang memiliki kenangan baik ataupun buruk. Bebas
apapun itu, yang penting ada nilai histroik dan memorable.
Akhirnya saya menjatuhkan pilihan untuk
membawa foto TKPB 2009.
Duh saya juga bingung sih pas disuruh bawa
barang memorable, habis apa coba yang
bikin emoisional banget sama diri saya. Rasanya ga ada, semua fun saja hidup
saya ga ada.
Tapi demi syarat dan biar rame saya
putuskan membawa foto TKPB.
Singkat cerita, tibalah saat yang dinanti.
Sempet deg2an juga akan seperti apa yg
dikerjakan nanti. Wow..ternyata ada rulesnya loh. Pertama, peserta harus be 100%
dan It's ur responsibility.
Ga usah peduliin orang lain, terserah orang
lain nangis atau gimana, yang penting diri kita saja.
Pada
simulasi pertama, banyak sekali memori yang saya inget ketika masa
kuliah. Duh masa kuliah lagi masa kuliah lagi.. Asa g move on sama temen-temen
padahal udah mau satu tahun pisah.
Asli loh.. saya nangis banget.. inget pas
bareng2 ngerjain praktikum, belajar bareng di kostan Bolu, sampai gegap gempita
wisuda.
Hmm berarti begitu banyak kenangan
indah dan pahit saat empat tahun kemarin. Dan banyak sekali yang
tersimpan di alam bawah sadar ini.
Akhirnya, tiba juga saat yang dinanti.
Dengan mengoptimalkan panca indera, kita akan mampu mengeluarkan emosi yang
tertahan dalam dada. Selain itu, kita
difasilitasi dengan alunan musik instrumen untuk memberikan rasa aman dan
penghanyutan emosi, serta diijinkan untuk menggunakan indera peraba dalam
healing emosi. Karena setiap orang punya kepekaan yang berbeda beda.
Pada saat saya mulai menumpah apa yang saya
rasa, semua memori tentang masa kuliah kembali. Muncul sebuah video dalam
kepala saya, disana saya riweuh, rempong ga jelas.Semua muncul begitu
saja, nyata dan mengalir.
Setelah sesi healing emosi selesai, teh
Pepew mengupas apa yang menjadikan hidup kita penuh dengan kegelisahan. Semua
dikupas dengan membongkar ayat2 Al-Qur'an.
Kegelisahan muncul karena diri manusia
sendiri. Segala kebaikan datang dari Allah dan segala keburukan berasal dari
manusia. Itulah mengapa ketika kita berbuat kesalahan, Allah berikan alarm
berupa kegelisahan, kekecewaan dan hal2 buruk lainnya agar kita menyadari bahwa
kita harus segera berintrospeksi.
Ini berlaku jika kita memahami datangnya
kebaikan dan keburukan dari mana.
Yang masih penasaran bisa tengok Q.S
An-Nisa : 79
- Segala kebaikan berasal dari Allah -> syukur
- Segala keburukan berasal dari manusia -> introspeksi
Lalu mengapa manusia diberi kegelisahan
pada saat melakukan keburukan?
Mari kita tengok Q.S Al-Baqarah :28
Pada ayat di atas menjelaskan konsep LIFE
PLATFORM. Bahwa manusia :
Mati - Hidup - Mati - Hidup
Mengapa berpola dan berulang?
Apakah kita mati sebelum hidup?
Ya, pada fasa pertama inilah kita melakukan
sebuah MoU besar pada Allah. Sebuah kesaksian seluruh ruh makhluk hidup
terhadap Rabb-nya.
(Q.S Al-Araf : 172-174)
Lalu siapakah Rabb itu?
Tiada tuhan selain Allah, yang memberikan
rezeki, menciptakan penglihatan dan pendengaran, menghidupkan dan mematikan,
dan yang mengatur segala urusan. (Q.S Yunus : 31-32)
Sungguh merinding saya membaca ayat ini.
Lalu jika manusia pernah bersaksi kepada Rabb-nya, mengapa banyak kemungkaran
di muka bumi?
Apakah manusia lupa akan kesaksian maha
dahsyat pada sang Khalik?
Justru pada fasa hiduplah, pengujian atas janji yang pernah diucapkan.
Manusia lahir ke muka bumi dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Allah
membuatnya lupa.
Lalu bagaimana kita bisa 'mengingat
kembali' kesaksian di masa lampau?
Allah berikan penglihatan, pendengaran dan hati agar manusia bersyukur
(Q.S An-Nahl :78)
Bersyukur itu adalah menerima dan
menggunakan apa yang telah Allah berikan sesuai dengan peruntukkannya. Dari
sinilah kita akan mengetahui kebesaran Allah.
Berarti bisa ditarik sebuah benang merah,
bahwa tujuan manusia hidup adalah Pencarian Makna Rabb.
Lantas sudah jelaskah bahwa semua yang
terjadi adalah bentuk penguji ketahanan iman kita.
Lalu mengapa kita masih gelisah?
Tahukah ruh kita memberikan alarm karena
kita telah menyimpang?
Dan coba selidiki lagi.. apakah kita
merabbkan selain pada Nya?
(Q.s Ali Imran 14)
Sungguh hanya Dia lah yang pantas kita
sembah bukan harta tahta maupun cinta.
"Dan kamu akan diuji dengan apa-apa yang kamu cintai"
RiaRahma
Minggu, 14 September 2014
Bersyukur dengan Olahraga
Minggu, 14 September 2014
Tulisan hari ini merupakan pengalaman yang
saya alami. Lebih menceritakan pengalaman pribadi. Tapi semoga mengandung
hikmah dan manfaat dari tulisan 'diary' saya ini.
Aamiin
Di balik agenda padat seminggu kemarin,
akhirnya pada Ahad ini saya meluangkan waktu untuk me time. Bukan shopping atau
datang ke majelis. Tapi dengan OLAHRAGA. Jarang-jarang nih saya olahraga,
biasanya cukup jalan kaki aja hehe.
Olahraga yang saya pilih adalah berenang,
saya bersama teman saya, Puji memutuskan untuk berenang di Kolam Renang
Al-Masoem (maaf tulisan ini bukan mau mereview tempat ya) karena di daerah kami
ini ya hanya tempat tsb yang memfasilitasi kolam renang terpisah.
Alhamdulillah. Dengan harga murah, jam tidak terbatas, kita bebas berenang
semaunya.
Setelah sekian lama tidak berenang, badan
saya kagok banget untuk bergerak lincah seperti pesut mahakam. Lantas saya
harus melancarkan kembali gaya2 yang dulu sempat saya kuasai.
Jujur saya hampir putus asa, beberapa kali
saya mencoba berenang di kolam 2 meter, saya hampir tenggelam. Tapi entah
kenapa saya semangat sekali untuk terus mencoba dan berlatih. Dicoba 5 kali
baru deh lancar. Alhamdulillah.
Sebagai info, kolam 2 meter adalah kolam
paling dalam di tempat ini. Jadi tenggelam dikit masih keren lah.
Hmm.. mau tau kenapa saya begitu
bersemangat berenang sampai lancar kembali?
Karena saya pernah membaca sebuah tulisan
sbb :
'Hak anak adalah lahir dari ibu yang sehat'
cuma karena kalimat sesingkat itulah saya
terpicu, padahal kalau dilihat dari kacamata manusia masih jauh. Iya lah suami
aja belum ada. Hehe
Tapi menjadi perempuan sehat harus dimulai
dari sekarang, bahkan saya sudah mulai menjauh dari yang namanya junk food.
Sebagai investasi kesehatan juga sih :)
Ada satu hal yang membuat saya tertarik
ketika di kolam renang. Saya membaca sebuah papan yang tertulis sebuah kutipan
hadist.
'Ajarilah anakmu untuk berenang, memanah dan berkuda'
Sambil berenang saya mencoba mentafakuri
hadist tersebut. Kenapa sih harus tiga jenis olahraga tersebut? Pasti ada
alasannya.
Berenang, menurut saya diperlukan kegigihan
dan keberanian untuk mencobanya. Disini dituntut sinkronisasi hati, jiwa dan
pikiran untuk mewujudkan bagaimana caranya mengapung di atas air. Diperlukan
ketangkasan dan kelincahan fisik ketika berenang. Tidak cukup itu saja,kita
harus tenang dan yakin karena kita akan baik-baik saja, tidak akan tenggelam
jika bisa mensinkronkan gerakan badan dan ketenangan hati, jika kita panik
niscaya pasti tenggelam.
Dan yang terakhir adalah pikiran. Pikiran
lah yang menentukan akan pilihan style yang digunakan untuk tetap berada di
atas permukaan air.
Dan olahraga inilah yang dulu digandrungi
oleh para pemuda Islam, tak salah jika mereka dahulu menguasai hampir 2/3 bumi.
Karena olahraga yang tertulis dalam hadist tsb adalah olahraga untuk
pertahanan, kalau sekarang angkatan darat dan laut. Keren ya!
Lalu bagaimana sekarang? Adakan para pemuda
rajin mengolah fisik dan kemampuan mereka?
Sebagian ada dan sebagiannya lagi tidak.
Hemat saya penghambatnya adalah teknologi. Mengapa tidak budaya gadget yang
sekarang sangat digandrungin oleh kalangan muda lebih banyak membuat mereka
mager alias malas gerak. Kalaupun iya mereka aktivitas pasti tak lepas dari
foto dan upload ke sosmed. Semacam membutuhkan eksistensi dibandingkan
pembuktian.
Sayangnya budaya narsisme melahirkan
generasi yang senang melakukan sesuatu jika ada yg memuji.
Loh loh.. melebar ke masalah sosial. Maaf
ya. Back to olahraga.
Jasad kita ini adalah titipan dari-Nya.
Kita perlu merawat dengan maksimal.apa yang telah dititipkan.
Berolahraga adalah salah satu bentuk syukur
kita terhadap jasad yang Allah titipkan pd kita. Dan tidak ada kata cukup untuk
mensyukuri atas karunia yang Dia berikan.
Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?
RiaRahma
Langganan:
Postingan (Atom)